Koneksi Antar Materi – Pengambilan Keputusan Pemimpin Pembelajaran

Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Oleh: Muchammad Fatchur Rochman, S.Si

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Menurut Ki Hajar Dewantara tentang Filosofi Pratap Triloka yang ing ngarso sung tuladha memiliki pengaruh yang besar dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Ki Hajar Dewantara memandang bahwa sebagai seorang guru, harus memberikan contoh atau tauladan dalam praktek baik bagi siswanya. Dalam setiap pengambilan keputusan seorang guru hendaknya memberikan keseriusannya atau kerja keras sebagai bentuk falsafah Pratap Triloka ing madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu siswa untuk dapat memecahkan atau mengambil keputusan atas masalahnya secara mandiri. Guru hanyalah seorang tutor yang mengarahkan siswanya menuju kebahagiaan. Hal ini sejalan dengan filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Pengambilan keputusan sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai yang mengakar dalam diri. Nilai-nilai diri diibaratkan gunung es yang terlihat kecil di permukaan air tetapi itu semua merupakan bagian integral dari alam bawah sadar kita. Oleh karena itu penting untuk menumbuhkan dalam diri kita nilai-nilai positif yang nantinya akan menjiwai setiap keputusan kita.

Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Dalam melakukan pendampingan atau bimbingan terhadap seseorang diperlukan metode yang efektif dan menguatkan diri objek seperti Coaching. Couching merupakan keterampilan yang sangat penting untuk menggali suatu masalah yang benar-benar terjadi baik pada diri kita maupun pada masalah orang lain. Dengan couching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi apa masalah sebenarnya dan melakukan pemecahan masalah yang sistematis yang berasal dari si objek. Konsep pembinaan TIRTA sangat ideal bila dipadukan dengan sembilan langkah konsep pengambilan keputusan dan pengujian sebagai evaluasi atas keputusan yang kita buat.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Ketika membahas studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika, kesadaran diri dan keterampilan hubungan sosial diperlukan untuk membuat keputusan. Kita dapat menggunakan sembilan langkah konsep pengambilan keputusan dan pengujian, terutama dalam pengujian legalitas untuk menentukan apakah masalahnya adalah bujukan moral yang berarti benar versus salah atau dilema etika yang benar versus benar. Jika masalah yang dihadapi adalah bujukan moral maka tegas sebagai guru kita harus kembali kepada nilai-nilai kebenaran.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Dengan melakukan pengambilan keputusan yang tepat pastinya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Kondisi lingkungan yang seperti in yang kita inginkan. Maka untuk melakukan perubahan diperlukan pendekatan yang sistematis. Salah satu pendekatan yang bisa digunakan yaitu Inkuri Apresiatif BAGJA yang melakukan perubahan ke arah lebih baik.

Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Keputusan yang diambil harus menyesuaikan dengan konteks dan problem yang sebenarnya. Seperti saat menghadapi kasus dilema etika, semua keputusan yang  dibuat dapat dibenarkan secara moral. Namun, perlu memperhatikan prinsip-prinsip ketika membuat keputusan. Keputusan itu perlu memikirkan hasil akhir dari keputusan yang sesuai dengan prinsip end-based thinking, melihat aturan di balik keputusan yang dibuat (rule-based thinking), serta menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman sesuai dengan prinsip berpikir berorientasi rasa peduli (care-based thinking)

Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Kebebasan untuk belajar atau Merdeka Belajar adalah tujuan akhir dari pembelajaran yang dilakukan. Kebebasan dalam belajar berarti siswa bebas untuk mewujudkan fitrahnya sebagai pembelajar dengan mengembangkan potensi yang dimiliki tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Siswa juga dapat mencapai kebahagiaannya sesuai dengan potensinya. Jadi keputusan yang dibuat tidak boleh menghilangkan kebahagiaan siswa serta merampas potensi yang dimiliki siswa.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Sebagai seorang yang berprofesi Guru dan juga pemimpin pembelajaran maka segala keputusan yang dibuat akan berdampak pada karakter anak. Bapak KiHajar Dewantara mengibaratkan kalau guru itu sebagai seorang petani yang menabur benih, benih ini akan tumbuh subur jika dipelihara dan dirawat dengan baik. Begitu juga dengan siswa, seorang guru bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi siswa sebagai petani yang menabur benih untuk mencapai hasil yang baik karena setiap keputusan guru mempengaruhi masa depan siswa.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang diambil dari pembelajaran modul ini yang terkait dengan modul sebelumnya adalah:

  • Seorang Guru harus mempunyai keterampilan dalam melakukan Pengambilan keputusan yang dilandasi oleh falsafah Ki Hajar Dewantara serta diasosiasikan bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran.
  • seorang guru dalam melakukan pengambilan keputusan harus melihat budaya positif yang ada di lingkungannya, visi misi yang jelas (menggunakan alur BAGJA), nilai-nilai yang dianggap penting di sekolah, sehingga keputusan yang diambil nantinya akan mengarah pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
  • Dalam mengambil keputusan, seorang guru harus memiliki mindfulness atau perhatian penuh  untuk mengarahkan siswanya pada Profil Pelajar Pancasila.
  • Diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness),  pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social  awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship  skills) untuk mengambil keputusan
  • Dalam mewujudkan profil pelajar Pancasila, maka seorang guru/pendidik harus berani menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang diambil. Karena baik dilema etika ataupun bujukan moral pasti mempunyai dampak yang tidak mengenakkan, sehingga dalam mengambil keputusan diperlukan sembilan langkah panduan pengambilan dan pengujian  keputusan yang diambil dalam dilema etika. Adapun untuk bujukan moral secara otomatis harus berdasarkan kebenaran.

Penulis adalah Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Kabupaten Sidoarjo

2 thoughts on “Koneksi Antar Materi – Pengambilan Keputusan Pemimpin Pembelajaran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

powered by viltis.projekt & bountec